AI akan memusnahkan internet

mengapa menjadi autentik akan mengalahkan AI selamanya

life's update:

newsletter 2 minggu lalu saya cerita tentang struggle saya dalam keluarga yang udah saya alami >4 tahun. saya bersyukur banget bisa menulis ini, karena serasa ada 'teman online' yang bisa diajak bicara

intinya, saya mulai menentukan pilihan besar, keputusan besar, yang membawa saya untuk jadi pribadi yang benar-benar mandiri — saya keluar dari rumah, memulai hidup baru dari 0

rasa khawatir, rasa takut, rasa sedih juga akan selalu ada. tapi mari kita hadapi dunia layaknya seorang pria. bocah gen-z berambut gondrong ini siap menjadi dewasa! (iya saya gen-z lho masihan, jangan dipanggil om lagi ya? haha)

thank you supportnya ya selama ini ~

tulisan ini akan menamparmu, terutama yang punya keyakinan bahwa AI akan membantu pembuatan kontenmu. katanya, AI akan memudahkan, bikin kita gak perlu kerja banyak-banyak, bahkan menghasilkan juga

dan sebagai manusia, memang itu gak sih yang kita inginkan?

  • kerja lebih sedikit untuk hasil yang maksimal

  • bisa dibantu AI sehingga kita gak ngapa-ngapain dan nyantai aja

  • sehari bikin 1 prompt untuk mengerjakan ribuan konten

siapa yang gak seneng?

rasanya kayak udah menamatkan internet karena bisa menggunakan AI untuk produktivitas bikin konten sebagai seorang kreator

tapi sebentar,

saya mau mengajak kamu untuk melihat masa depan — yang secara sekilas bisa kita prediksi

coba bayangkan kamu ada dalam sebuah perkumpulan (atau pesta perayaan) dan ada seorang mendekat kepadamu bercerita tentang suatu hal

dalam hitungan detik, kamu pasti bisa menyadari nih orang lagi beneran menceritakan pengalamannya atau cuma nggedabrus (bohong wkwk) atau bahkan meniru hal yang udah ada di internet — ini yang dinamakan firasat, otakmu sekilas bisa menilai dari nada bicara, emosi, atau keautentikan dari pencerita tadi

inilah yang Malcolm Gladwell fokuskan dalam bukunya berjudul Blink (bagaimana seorang bisa berpikir cepat dengan informasi yang singkat)

nah sekarang, saya mau mengajak kamu lagi untuk melihat contoh nyata dari apa yang sedang jadi fokus utama kita: AI-generated content (konten-konten yang buatan AI)

pernah gak kamu ngeliat suatu konten (baik itu tulisan atau video) tapi ngerasa kayak ada sesuatu yang salah? entah itu terlalu kaku, terlalu dipoles, atau kayak gak ada percikan manusianya gitu

bahkan kalo kamu gak bisa menjelaskan kenapanya, kamu tetep merasa ada sesuatu yang kurang authentic. ide Malcolm Gladwell sangat pas untuk kasus ini, otak kita terprogram untuk membuat penilaian cepat (snap judgement) dan saat ini kita bisa merasakan vibes dari konten-konten AI yang plek-ketiplek hanya dicopy paste aja. ya meskipun belum seluruhnya ada dan belum ada dimana-mana

dan makin menariknya, momen ini ya udah terjadi sekarang ini. tapi bagaimana jika di masa depan akan ada AI yang lebih murah, lebih gampang didapetinnya, dan lebih mudah orang menggunakannya? kamu bisa mengira-ngira apa yang akan terjadi dan setidaknya pemikiran ini bukan hal yang tidak mendasar

1/ authenticity matters

maaf saya harus (lagi-lagi) membahas tentang ini, karena inilah dasar penting yang harus setiap kreator miliki

kita akan sangat sulit menang dari persaingan — yang kita tau sendiri sekarang ini muncul banyak kreator baru dan jika tidak bisa menjadi authentic, kita gak akan bisa menonjol dalam lautan kreator ini

studi kasus:

subscribers newsletter saya

pertumbuhan subscriber newsletter saya ini sebenernya gak terlalu signifikan — padahal saya dan mas @hey.musli bulan lalu yang menginisiasi movement untuk kreator bisa punya newsletter sebagai salah satu cara menunjukkan keautentikan seseorang sekaligus memonetisasinya kelak

kalo dibandingkan dengan kreator lain… ya masih jauh, mereka punya base subscriber yang banyak dan loyal-loyal

tapi walaupun begitu, saya senang dengan pertumbuhan mereka. apalagi dibarengi dengan komentar-komentar positif tentang apa yang sudah saya inisiasi

mssatriya | ibunyaboemi

createdbyroo | cuankreasi

inilah yang bikin saya tetap bisa 'hidup' dari konten, walaupun dengan subscriber yang belum terlalu banyak dan followers yang gak begitu terlalu aktif

sejauh ini udah 14 newsletter mingguan yang rilis (dan akan saya jadikan komitmen untuk gak absen sama sekali)

cerita-cerita seperti inilah yang membuat seorang kreator bisa menang dari persaingan, ada personal stories yang gak bisa dicopy sama AI sehingga membuat konten yang dibuat terasa unik dan diingat

2/ anti-AI (?)

gak ada yang salah tentang penggunaan AI dalam berkonten, terutama jika digunakan pada tempat dan waktu yang tepat. itu akan meningkatkan keefisienanmu dalam membuat konten

setelah 3 minggu ini fokus untuk belajar lebih dalam tentang ini, saya merasakan perubahan yang luar biasa. selain peningkatan subscriber yang melonjak tinggi, audiens yang mengikuti saya juga ikutan naik

setelah stuck lama, akhirnya naik & signifikan

kamu pasti paham apa yang saya bicarakan:

✅ AI akan membantu prosesnya

❌ bukan AI menciptakan hasil jadinya (apalagi tanpa diolah)

sehingga kita sebagai kreator cukup fokus untuk create & connect, selain itu untuk tugas-tugas riset dan logistik lainnya. kamu bisa mengandalkan AI

saya inget banget dulu waktu kecil, keluarga saya langganan koran pagi. biasanya dianter sama petugas koran bermotor bebek dengan tumpukkan koran di bagian depannya. dia melemparkan koran itu di teras halaman kami

itu momen yang paling dinantikan, kertas yang masih hangat, bau koran yang khas, dan membaca segmen favorit saya tentang Sport — jadi perasaan yang priceless buat saya. saya mengikuti perkembangan dan informasi-informasi seputar sepakbola terutama pemain-pemain idola saya yang terkadang di highlight. senang sekali

tapi itu dulu, untuk mendapatkan satu informasi baru yang menarik dan ingin kita pelajari lebih dalam, saya harus menunggu pagi berikutnya. 24 jam setelah koran diterima (bisa jadi lebih kalo misal pak kurirnya lagi sakit atau berhalangan)

sekarang dengan segala kemudahan, AI akan jadi alternatif yang cepat dan efisien untuk mendapatkan segala informasi. sehingga pekerjaan yang kita lakukan sekarang, bisa lebih efektif

3/ engage deeply with audience

untuk menjangkau audiens yang lebih besar, kamu perlu membangun konten yang beresonansi dan membuat komunitas yang loyal — bukan sekadar followers random

ada 2 cara untuk membangunnya:

  1. mengibaratkan dirimu di masa lalu adalah audiensmu: masalah yang dihadapi, proses yang dijalani, cerita dibaliknya

  2. mencari tau apa yang benar-benar diinginkan oleh audiensmu: kamu mendengar, kamu cari tau masalah yang mereka hadapi

kalo disuruh memilih, saya akan tetap memilih pilihan pertama

karena 'you are the niche' → kamu adalah nichemu sendiri

sehingga gak perlu susah-susah untuk cari tau apa yang dibutuhkan audiens — yang bahkan kita sendiri gak tau mereka orangnya seperti apa, kelakuannya, sifat-sifatnya, gak pernah kita tau dengan pasti. karena itu orang lain (hal yang sifatnya eksternal)

berbeda jika kita menargetkan diri kita di masa lalu:

  • masalah yang pernah dihadapi

  • proses yang sudah dijalani

  • pengalaman yang dilewati

kita tau dengan persis apa yang terjadi

tapi mungkin muncul pertanyaan lanjutan:

emangnya diriku itu seberharga dan semenarik itu? sampe orang lain rela untuk mengikuti konten-konten yang akan aku buat?

inget aja ini:

masalahmu — yang pernah atau sedang kamu alami — itu gak cuma kamu doang yang merasakannya

di dunia ini ada 8 miliar orang lain dan gak mungkin gak ada satupun yang punya masalah sama denganmu (atau setidaknya beresonansi)

sehingga penting untuk kita bisa menyasar konten-konten yang kita buat kepada diri di masa lalu, selain mudah untuk ditemukan ini akan jadi saranamu untuk healing menerima masa-masa sulitmu

seputar pembuatan konten dan brainstorming idenya sudah saya bahas lebih lengkap di endless content system, harganya akan saya naikkan lagi seiring bertambahnya value :)

4/ authenticity + trust + value = money

ketika kamu sudah berhasil melihat sinyal 'trust' yang diberikan audiens kepadamu, saatnya kamu memonetisasinya

monetisasi bukanlah hal yang salah ya, karena ada keinginan dari mereka untuk bisa lebih dekat dengan kamu. mendapatkan akses untuk bisa lebih langsung denganmu — salah satunya dengan produk digital (information products)

audiens-audiens loyal inilah yang akan membawamu ke kehidupan yang lebih baik, jadi sarana leverage kehidupan. mereka akan rela untuk membayar lebih untuk memcapai solusi dan pengalaman yang terasa asli dan sesuai dengan apa yang mereka percayai

satu contoh yang saya lihat menarik di sosial media (khususnya threads belakangan) adalah mas @hey.musli — mari ucapkan selamat dulu pada beliau yang baru aja jadi bapak

perjalanannya bisa jadi salah satu contoh bahwa authenticity bisa membangun trust sehingga bisa menghasilkan

authenticity:

beliau ini jujur dalam prosesnya menjadi solo-preneur, resign dari kerjaan programmingnya di perantauan, dan kembali ke tempat tinggalnya untuk memulai perjalanan baru — dalam prosesnya ada naik turunnya, mendokumentasikannya lewat internet

salah satu postingannya yang mungkin bisa memantik otak dan hatimu — dan kejujuran dan keautentikannya ini muncullah rasa trust dari audiencenya, sehingga orang dengan sukacita akan rela menyisihkan 'materi'nya untuk support perjalanannya

sebuah movement yang brilian dari mas musli ini bisa kamu jadikan inspirasi

pelajaran yang bisa diambil untuk kita sebagai kreator dan untuk audiens yang menikmati konten-konten kita: internet akan perlahan dipenuhi oleh konten-konten yang dihasilkan AI, bukan karena sekarang hal itu dominan, tapi karena kita bisa merasakan kekurangannya

sama seperti kita melihat sekilas tentang suatu hal dan mengetahui itu salah, kita dapat melihat 'gelombang' ini akan datang

dan jika kita mau menjadi relevan dan tak terkalahkan, kita harus memberikan fokus kita pada hal-hal yang tidak bisa AI sentuh: pengalaman manusiawi kita yang nyata dan berantakan!

itulah yang didamba-dambakan audiens ketika tsunaminya benar-benar datang

cara termudah untuk bisa menunjukkan keautentikan kita sekaligus bisa memonetisasinya kelak adalah dengan mengajak audiens mengenal konten-konten panjang: contohnya newsletter

ini yang terjadi di saya belakangan, setelah menulis lebih dari 14 newsletter dan mendapatkan support dari audiens, ternyata itu membawa saya ke titik yang lebih baik

jadi, saya mau berbagi di workshop yang diadakan minggu depan,

dimana saya membagikan insight bagaimana saya menulis 14 newsletter berturut-turut tanpa kerja lebih dari 2 jam + dibantu AI

reply "newsletter" nanti saya kirimkan detailnya

ini dibuka selama 6 hari kedepan

salam hangat,

Teddy Sheehan dari The Jago Letter