- Jago Letter
- Posts
- ini kenapa kamu harus berhenti bilang iya ke siapapun
ini kenapa kamu harus berhenti bilang iya ke siapapun
(stop jadi people pleaser)

kejadiannya pas banget tadi malam sebelum saya menulis email ini. jujur kalo diinget masih kerasa nyeseknya, rasa untuk meluapkannya masih tertahan
semalem saya sangat kecewa dengan apa yang terjadi kepada kami. mobil kami diserempet mobil lain sampai spionnya copot (dan setelah dicek yang rusak adalah penutup spionnya, ada pengait yang rusak)
dan mobil penabrak ini kabur gitu aja tanpa ngobrolin dulu apapun
awalnya kami kaget tentang kejadian itu, kita gak expect karena kami sudah ada dalam jalan yang sesuai. tapi kejadiannya terjadi begitu saja
jadi apa yang bisa kami lakukan adalah mencoba mengejar si pelaku. setidaknya dia bisa bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya
saya berpindah ke kursi sopir untuk ambil kendali (karena sebelumnya adik pacar saya yang menyetir, dia penuh emosi dan jika dia mengemudi dalam keadaan emosi = sungguh mengerikan ya)
kami gak tau harus kemana,
tapi karena posisinya di desa hanya ada 1-2 jalan yang kemungkinan besar dilewati. saya mencoba melajukan mobil lumayan cepat biar lekas sampai
dan akhirnya di ujung jalan ada lampu mobil yang menyala sedang berhenti menuju ke satu rumah
pikiran kami: apa iya bener itu ya mobilnya?
karena clue yang kami punya hanya = mobil itu adalah avanza
ketika sampai, saya langsung memarkirkan mobil di dekatnya dan ibu pacar saya yang turun lalu mencoba berbicara kepada mereka
hal mengejutkan terjadi lagi……
ternyata karena masih 1 desa, mereka saling kenal. sehingga beliau menurunkan tensinya. dari yang awalnya ikutan jengkel, perlahan emosionalnya memudar dan berakhir salam-salaman karena momennya spesial lebaran
selanjutnya saya ikutan turun mau ngobrolin faktanya:
mobil kami diserempet → spionnya pecah wadahnya
mobil dia kabur
tapi sebelum saya ngomong, melihat mereka semua lebih dekat kok malah makin akrab cerita-ceritanya. jadi saya mengurungkan diri untuk ngobrolin faktanya
masuk ke pelajarannya,
email ini cukup panjang dan hanya cerita personal saya yang dibagikan
tapi saya mau ngajak kamu ambil sudut pandang ini:
It doesn't matter if you know the person very well — what matter is don't downgrade yourself to make others respect you. It's vice versa
dalam bisnis atau kaitannya di dunia kreator, kita gak bisa dengan begitu saja mengiyakan apa yang dikatakan mereka yang kita kenal — harus berlandaskan fakta yang ada
gak bisa kita mengiyakan semua kata-kata mereka
gak bisa kita tiba-tiba jadi people pleaser menuruti apa yang dikata
we should set boundaries
berbicara berdasar apa yang jadi nilai-nilai sendiri
mempertahankan apa yang jadi keyakinan
sehingga orang tidak 'ngentengke' alias menggampangkan diri kita — karena saya pernah ada dalam posisi itu dan itu menyakitkan
dengan set boundaries, orang pun lebih respect dengan keputusan yang kita ambil
saya juga membatasi diri sebagai kreator untuk tidak berkata 'yes' atau bahkan memberikan jawaban langsung kepada orang yang bertanya (kecuali memang dibutuhkan ya)
seperti yang sudah saya sampaikan di email sebelumnya:
"hell yes or no"
i don't tolerate maybe
sehingga orang bisa respect, menghargai apa yang kita sedang lakukan
so that's it email kali ini
saya sedang 'memasak' beberapa ide produk untuk lebih dipoles menjadi sesuatu yang pasti dapat bermanfaat bagi kamu juga, sebagai kreator yang mengejar plan yang sama dengan saya..
kamu boleh reply email ini untuk kasih feedback ke saya. sejauh ini mana kira-kira yang lebih kamu butuhkan:
A. teknik closing webinar yang menghasilkan (beberapa kali webinar saya dapetin konversi yang lumayan tinggi — sehingga saya berani buka script yang saya gunakan)
B. bagaimana menumbuhkan subscribers newsletter (sehingga orang mau lebih tau tentang diri & produk yang kamu jual)
C. sistem saya menulis newsletter panjang, yang engaging dan bikin orang gak mudah bosen (dengan simple step dan prompt AI yang mempercepat prosesnya)
silakan reply A, B, C, atau yang lainnya juga boleh. nanti aku respon via balasan email ini ya!
salam kedamaian,
Teddy “Set Boundaries” Sheehan